Rabu, 16 Januari 2013

SUKU PUNAN (KALIMANTAN BARAT)

NAMA : AYU BRILIANA
NPM    : 11212278
KELAS  : 1EA20

SUKU PUNAN (KALIMANTAN BARAT)
Punan adalah salah satu rumpun suku Dayak yang berada di Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur. Dayak Punan juga tersebar di Sabah dan Serawak, Malaysia Timur yang merupakan bagian dari Pulau Kalimantan. Persebarannya paling banyak ditemukan di Kalimantan Timur diperkirakan berjumlah 8.956 jiwa suku Punan yang terletak pada 77 lokasi pemukiman. Punan sendiri memiliki 14 rumpun diantaranya Punan Hovongan, Punan Uheng Kereho dan Punan Kelay. Dihitung dari persebarannya keberadaan Dayak Punan ini semakin tahun semakin menurun bahkan sudah hamper punah. Tetapi walaupun begitu mereka tetap menjalankan pola adat istiadad dari leluhur  yang mereka percayai.
ASAL USUL
 Dalam ceritanya, leluhur mereka ini asal-usulnya datang dari negeri yang bernama “Yunan “ sebuah daerah dari daratan Cina. Mereka berasal dari keluarga salah satu kerajaan Cina yang kalah berperang yang kemudian melarikan diri dengan perahu-perahunya, sampai akhirnya terdampar di Pulau Kalimantan. Karena merasa aman, mereka  memutuskan untuk menetap di pulau Kalimantan.
SUKU PRIMITIF
 Dari keseluruhan Suku Dayak, orang Punan  adalah suku yang paling terbelakang baik budaya maupun kehidupan mereka. Secara umum mereka ini agak primitif dengan tinggal di goa-goa anak anak sungai dan lain sebagainya. Mereka juga tak mengenal pakaian bagus dan kemajuan zaman. Lebih aneh lagi dari kehidupan masyarakat Punan ini adalah mereka merasa takut dan alergi dengan Sabun . tidak tahu apa sebabnya tak ada yang mengetahui secara pasti kronologisnya.
 Keadaan hidup primitif ini membawa mereka selalu berpindah tempat dari satu tempat ke tempat lainnya dan terus menghindar dari kelompok manusia lain. Dalam kepercayaan mereka, mereka percaya bahwa para leluhur merekalah yang berkehendak demikian. Dengan banyak tanda yang diberikan misalnya ada diantara mereka yang meninggal. Setelah dikubur, serentak mereka langsung berpindah tempat menuju daerah lain. Mereka sangat percaya kalau roh yang meninggal akan bergentayangan membuat mereka tak akan merasa tenteram. Warga Punan ini disebut juga warga pengembara dan hidup dalam satu kelompok tanpa berpisah dan selalu bersama-sama dalam satu tempat.
 Mereka juga senang dengan makanan yang masih mentah seperti sayur sayuran hutan yang berasal dari pohon nibung atau banding (teras dala). Begitu pula dengan daun pakis, atau labu hutan yang memang banyak terdapat di hutan. Soal beras tak terlalu perlu buat mereka. Makanan utama mereka adalah umbi dan umbut umbutan hutan, ditambah dengan daging buruan yang mereka temukan. Untuk daging inipun jarang mereka masak. Jika ada binatang buruan yang mereka dapatkan lebih suka mereka jemur daging-daging tersebut di terik matahari hingga menjadi daging asinan atau dendeng.
JAGO BERPERANG
 Konon katanya, orang Punan jaman dulu sangat ditakuti oleh suku Dayak lainnya karena mampu berperang dengan baik. Sebagai “pemburu kepala” atau “ngayau” (dalam bahasa Inggris diistilahkan head hunter). Termasuk dalam kategori suku kanibal karena mempunyai kebiasaan memenggal, memakan hati dan isi perut lawannya adalah hal yang sudah biasa mereka lakukan. Mereka juga punya kebiasaan memakan bagian punggung kanan musuhnya yang tewas dalam perang karena bagian tubuh itulah yang mereka rasakan paling enak untuk dimakan.
 Dalam keseharian mereka selalu waspada dan siap berkelahi dengan siapapun, termasuk binatang-binatang buas yang ada di hutan. Tradisi siap tempur diwariskan pada mereka sejak jaman dulu nenek moyang mereka masih ada. Mereka memiliki ilmu bela diri yang sangat tangguh dan berbeda dengan ilmu bela diri secara umum yang ada di masyarakat. Mungkin ilmu bela diri yang mereka miliki adalah ilmu yang mereka bawa dari daratan Cina asal-usul leluhur mereka.
 AKTIVITAS EKONOMI
 Kehidupan dan kerja mereka sehari-hari berdasarkan limpahan sumber daya yang ada di alam. Mereka memang bisa juga berhubungan dagang dengan masyarakat umum, tetapi tidak ditukar dengan uang melainkan dilakukan secara barter (Pertukaran). Yang dibawa mereka adalah seperti rotan, damar, kayu gaharu, sarang wallet. Yang dibarter dengan garam, gula, tembakau atau rokok. Dan ada juga seperti kain kainan.
 Cara penukaran barangpun tidak langsung bertemu dengan orangnya, melainkan barang barang yang dibawa diletakkan disuatu tempat yang sudah mereka sediakan. Setelah barang mereka diambil oleh masyarat umum sebagai pengantar barang dan dibayar pula dengan barang yang dibutuhkan oleh mereka. Setelah yakin pengantar barang sudah tidak ada, maka barulah mereka mengambil barang yang menjadi milik mereka.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar