NAMA : AYU BRILIANA
NPM : 11212278
KELAS : 1EA20
SUKU PUNAN (KALIMANTAN
BARAT)
Punan adalah salah satu rumpun suku Dayak yang berada di Kalimantan
Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur. Dayak Punan juga tersebar di
Sabah dan Serawak, Malaysia Timur yang merupakan bagian dari Pulau Kalimantan. Persebarannya
paling banyak ditemukan di Kalimantan Timur diperkirakan berjumlah 8.956 jiwa
suku Punan yang terletak pada 77 lokasi pemukiman. Punan sendiri memiliki 14 rumpun
diantaranya Punan Hovongan, Punan Uheng Kereho dan Punan Kelay. Dihitung dari persebarannya
keberadaan Dayak Punan ini semakin tahun semakin menurun bahkan sudah hamper
punah. Tetapi walaupun begitu mereka tetap menjalankan pola adat istiadad dari
leluhur yang mereka percayai.
ASAL USUL
Dalam ceritanya, leluhur
mereka ini asal-usulnya datang dari negeri yang bernama “Yunan “ sebuah daerah
dari daratan Cina. Mereka berasal dari keluarga salah satu kerajaan Cina yang
kalah berperang yang kemudian melarikan diri dengan perahu-perahunya, sampai
akhirnya terdampar di Pulau Kalimantan. Karena merasa aman, mereka memutuskan untuk menetap di pulau Kalimantan.
SUKU PRIMITIF
Dari keseluruhan Suku Dayak,
orang Punan adalah suku yang paling
terbelakang baik budaya maupun kehidupan mereka. Secara umum mereka ini agak
primitif dengan tinggal di goa-goa anak anak sungai dan lain sebagainya. Mereka
juga tak mengenal pakaian bagus dan kemajuan zaman. Lebih aneh lagi dari
kehidupan masyarakat Punan ini adalah mereka merasa takut dan alergi dengan Sabun
. tidak tahu apa sebabnya tak ada yang mengetahui secara pasti kronologisnya.
Keadaan hidup primitif ini
membawa mereka selalu berpindah tempat dari satu tempat ke tempat lainnya dan
terus menghindar dari kelompok manusia lain. Dalam kepercayaan mereka, mereka
percaya bahwa para leluhur merekalah yang berkehendak demikian. Dengan banyak
tanda yang diberikan misalnya ada diantara mereka yang meninggal. Setelah
dikubur, serentak mereka langsung berpindah tempat menuju daerah lain. Mereka
sangat percaya kalau roh yang meninggal akan bergentayangan membuat mereka tak
akan merasa tenteram. Warga Punan ini disebut juga warga pengembara dan hidup
dalam satu kelompok tanpa berpisah dan selalu bersama-sama dalam satu tempat.
Mereka juga senang dengan makanan
yang masih mentah seperti sayur sayuran hutan yang berasal dari pohon nibung
atau banding (teras dala). Begitu pula dengan daun pakis, atau labu hutan yang
memang banyak terdapat di hutan. Soal beras tak terlalu perlu buat mereka.
Makanan utama mereka adalah umbi dan umbut umbutan hutan, ditambah dengan
daging buruan yang mereka temukan. Untuk daging inipun jarang mereka masak.
Jika ada binatang buruan yang mereka dapatkan lebih suka mereka jemur daging-daging
tersebut di terik matahari hingga menjadi daging asinan atau dendeng.
JAGO BERPERANG
Konon katanya, orang Punan
jaman dulu sangat ditakuti oleh suku Dayak lainnya karena mampu berperang
dengan baik. Sebagai “pemburu kepala” atau “ngayau” (dalam bahasa Inggris
diistilahkan head hunter). Termasuk dalam kategori suku kanibal karena
mempunyai kebiasaan memenggal, memakan hati dan isi perut lawannya adalah hal
yang sudah biasa mereka lakukan. Mereka juga punya kebiasaan memakan bagian
punggung kanan musuhnya yang tewas dalam perang karena bagian tubuh itulah yang
mereka rasakan paling enak untuk dimakan.
Dalam keseharian mereka
selalu waspada dan siap berkelahi dengan siapapun, termasuk binatang-binatang
buas yang ada di hutan. Tradisi siap tempur diwariskan pada mereka sejak jaman
dulu nenek moyang mereka masih ada. Mereka memiliki ilmu bela diri yang sangat
tangguh dan berbeda dengan ilmu bela diri secara umum yang ada di masyarakat.
Mungkin ilmu bela diri yang mereka miliki adalah ilmu yang mereka bawa dari
daratan Cina asal-usul leluhur mereka.
AKTIVITAS EKONOMI
Kehidupan dan kerja mereka
sehari-hari berdasarkan limpahan sumber daya yang ada di alam. Mereka memang bisa
juga berhubungan dagang dengan masyarakat umum, tetapi tidak ditukar dengan
uang melainkan dilakukan secara barter (Pertukaran). Yang dibawa mereka adalah
seperti rotan, damar, kayu gaharu, sarang wallet. Yang dibarter dengan garam,
gula, tembakau atau rokok. Dan ada juga seperti kain kainan.
Cara penukaran barangpun
tidak langsung bertemu dengan orangnya, melainkan barang barang yang dibawa
diletakkan disuatu tempat yang sudah mereka sediakan. Setelah barang mereka
diambil oleh masyarat umum sebagai pengantar barang dan dibayar pula dengan
barang yang dibutuhkan oleh mereka. Setelah yakin pengantar barang sudah tidak
ada, maka barulah mereka mengambil barang yang menjadi milik mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar